Friday, December 31, 2010

My Confession

That was the most terrible jealousy I've ever had. The time when I saw my crush had such an intimate moment with another women, in front of me. Well, we both are not really in a relationship. I have no right to feel jealous at all. But, there was an energy that came naturally, the atmosphere that suddenly bring tons of water that fill up my chest and make it so full, I can't breath. My brain send it's signal to my eyes to cry, then it cried. And the water get out of my body through my tears. That was the first time I feel that way to someone. Unpredictable. Uncontrollable. The feeling, yes it hurts, but it's wonderful. It feels like I get my pulse back, and I want it stay.

Still, after that moment, I still don't know whether it's love. I'm not really sure that I'm in love with him. Regardless it's love or not, the other feelings come. A feeling I-want-to-see-him-everyday. a feeling if-he-is-OK, a feeling I-always-want-to-see-him-happy , with-me. a feeling I-don't-want-make-everything-hard-for-him. a feeling I-am-someone's-belonging. I decided by then. I'll stop flirting with another guy. I'll stand by him. I choose him, and I don't care how great another women around him, I wish he would pick me, choose me, and love me as well..

#1 a Letter for My Baby

I'm not really in the mood to write down a note regarding this New Year Eve. But reading an article about how a Mom preparing herself before the baby comes wake a writer inside me up to start to write about you, my future babies, my future kids.

It seems too early to imagine me as a mother on my age, I'm 22 years old, I'm young, and I have many things to do. You know, I always want to have a baby, but the idea of getting married scare me, a lot. It's not as easy as it's written..

I still don't know whether I still have a chance to be a mother or not, but deep inside in my heart, I always wanted to.

Hey baby,
it may too soon to write you down a letter. But I want you to know, that I already miss you. Now, I'm studying Gentle-Birth. You know what is that sweetheart? It's the way how I do want to deliver you into this world the way I supposed to. Not like what people do now days, had a contraction, go to the hospital, and let the doctors take you from inside the belly. No. It's not like that. From what I learn this far, I'll let you out if you're ready to do so. I may take your birth in the warm water, at home, in silence, with your Daddy next to me, and probably your grandfather, grandmother, and the other family's waiting outside the room. I'll catch you, or maybe your Dad will do that, and hug you warmly. That would be so amazing, I promise you dear.

I really want to be a perfect mother for you. Give all my love for you, my time, my life. I can't wait for that moment. I'm learning on it dear. One day we'll gonna meet.. Insya Allah..


with all My Love
Mom

Thursday, December 23, 2010

Stupid Love

There such things I know about love.
You'll always stay even if you've been hurt
You'll tend to care even if your heart's been tored
You'll keep coming back even if you've been so far away from people you love
You'll always forgive even for an unforgotten mistakes
it makes you have no patience's limitation
Some people define it as stupidity, but at some points, stupidities make us human.. And love, even if it's stupid, and whatsoever it is, it makes you feel alive..

:: d'Cost Pelangi 19/12/2010 ::

end it

Dear Crush..


It’s ridiculous to name you that way perhaps. However, that’s all the way I feel about how you treat me this far. I think I have a right to say so because this lately five months you’ve been intensively being the first texting me on YM, sending me messages, calling me every night, having more than three hours conversation on the phone, with me, everyday, which obviously make me think that you’re truly starting fall for me. One more thing, you brought me a lot of gifts the day you came back from a business trip. Remember? That's not the way you treat your friend right?


It was fun at the beginning. You know, my cheeks got blushing every time you’re calling. Even your not funny jokes could make me keep smiling. It shameless to admit them, but yes, I did it. You’re a good man, kind, warm, easy going; honestly, you have everything I’ve been dreaming on.

But still.. I couldn’t tell you everything about me, it’s getting harder for me to find the pleasure I’ve been through, you’re jokes not funny anymore, I ran out topics and ideas to keep our conversation longer, I lost the beat.

It might sound selfish. But please understand if you’re in my shoes? Having three hours conversation on the phone with a person you met on the internet previous day, keep that activity as a habit, get addicted, but in the end you realize you have no feeling at all. Will you stay that way? Fooling somebody else, even yourself. I bet you won’t, you’re kind, I know. You’re not such a jerk. I’m.

It’s just I’m not ready yet to say yes when my heart not open. So let’s stop by here. Let’s end it here. Let’s be friend. Just friend. No more.

Thursday, December 16, 2010

Live up your dream..

Dahulu, pernah suatu ketika Bapak mengajakku jalan-jalan pagi. Ketika itu aku masih SD. Bapak menggandeng tanganku menyusuri jalanan yang masih sangat lengang, udara masih segar, dan angin masih bercampur embun menyusup pori-pori kami dingin.

"Mau kemana kita Pak?" Aku mendongak bertanya pada Bapak.

"Kita cari sarapan. Bubur ayam mau?"

"he'eh.. Mau.." jawabku.

Kami mengobrol sambil jalan. Saat itu kami masih tinggal di Bukit Duri Tanjakan, Tebet. Dari jalanan itu, kami bisa melihat gedung-gedung tinggi, yang baru kuketahui ketika aku sudah bekerja bahwa itu adalah kawasan perkantoran Kuningan di Jalan HR Rasuna Said.

Bapak menunjuk sebuah gedung paling tinggi yang terlihat ketika itu.

"Kau lihat gedung itu?"

"Yang mana Pak?"

"Yang ada ada jamnya.. Yang runcing dan tampak seperti Jam gadang itu?"

"Yang itu? Iya lihat."

"Kamu perhatikan baik-baik yaa.. Nanti akan Bapak tunjukkan.. Kita akan ke sana."

"Waaahh..tapi jauh sekali sepertinya Pak.." aku yang terbiasa di kampung dan hanya mengunjungi Bapak setiap libur sekolah hanya bisa menganga.

"Nanti siang kita ke sana.." Bapak meyakinkan.

Aku terus memperhatikan gedung itu sampai kami tiba di tempat tukang bubur. Memikirkan bagaimana bisa sampai ke sana..

"ini gedung yang kita lihat tadi pagi." Bapak berujar ketika siangnya kami melalui HR Rasuna Said.

Kalimat itu berputar kembali di kepalaku saat aku melintasi jalanan yang sama pagi ini. Berhenti ke pinggir jalan dan mendongak menatap gedung itu lekat. Tempat ini tampak begitu jauh pagi itu. Tapi sekarang, aku bahkan sudah lupa entah berapa ratus kali aku melintasinya, setiap hari.

Bapak, beliau masih saja memberiku keyakinan bahkan ketika beliau sudah tak ada. Untuk kali ini, tentang bagaimana seharusnya aku menyikapi mimpi. Betapa sebelumnya aku ragu untuk maju mengejar keinginanku.

No Execuse!! Tak ada cita-cita yang terlalu besar untuk kau kejar. Tak ada jarak yang terlalu jauh untuk kau tempuh..

Aku kembali menarik tuas gas sepeda motorku. Mengisi penuh rongga paru-paruku dengan aroma pagi yang masih wangi.. Menikmati angin yang menampar-nampar.. Insya Allah aku siap melangkah.. Bismillah.. ^_^



:: 10 Muharram 1432H ::

Wednesday, December 15, 2010

Ma Vanesyilla.. ~_~



Ananda Paradibasandi. Selepas menyelesaikan studinya di bangku Sekolah Menengah Kejuruan, ia memutuskan untuk bekerja. Menolak tawaran eyang putrinya untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Jakarta. Dari tempat bekerja yang satu ke tempat bekerja yang lainnya, ia berpindah-pindah. Rupiah yang diperolehnya sedikit demi sedikit ia kumpulkan demi kelangsungan keluarganya, Ibu dan seorang adik laki-lakinya. Tidak hanya untuk makan, tetapi juga untuk membiayai adiknya yang masih sekolah serta digunakannya untuk memperbaiki rumah seluas tidak lebih dari seratus meter persegi yang ditempatinya. Ayahnya masih ada, tapi beristri dua. Istri keduanya, yang mau tak mau lantas menjadi ibu tirinya berada di Ciamis, Jawa Barat sana. Ayahnya biasa menghabiskan waktu di sana, jarang sekali mengunjungi keluarga pertamanya yang berada di Jakarta. Katakanlah, ia terbiasa hidup tanpa ayah. Sepertinya itu lebih sederhana daripada harus panjang lebar menceritakan apa dan mengapa mereka tidak bersama-sama.

Ananda Paradibasandi. Menikah di usia yang sangat belia. Dua puluh tahun ketika itu. Tahun 2009 sembilan yang lalu. Menikah dengan seorang lelaki yang sepertinya memang sudah lama ia pacari. Menikah, hamil, lalu melahirkan. Siklus yang lumrah bagi seorang perempuan menikah. Pasangan muda ini dikaruniai seorang putri kecil yang sangat cantik, mereka menamainya Vanesyilla.

Ananda Paradibasandi. Hari itu ia sedang menyiapkan acara 35 harian kelahiran Vanesyilla. Semuanya berjalan lancer, acara pengajian dan pembacaan surat Yaa-Sin berlangsung hingga selesai. Namun siapa yang menyangka, memang hanya Allah yang memiliki kuasa atas semua takdir makhluk-Nya. Beberapa menit berselang, iy aterjatuh lalu mengejang, meregang nyawa, lalu meninggal. Sudah tak sempat lagi di bawa ke rumah sakit. Dan demikianlah ketetapan Allah pada salah satu makhluk-Nya terjadi. Si kecil Vanesyilla yang belum genap empat puluh hari kini menjadi piatu.

Ananda Paradibasandi. Seorang anak, istri, dan ibu. Ia telah menyempurnakan fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Ia mengubah penilaian saya tentang menikah muda. Bahwa tidak ada penilaian manusia yang penting tentang segala sesuatu. Bahwa penilaian manusia bisa saja salah. Semula saya sangat menyayangkan keputusannya menikah muda. Namun justru siapa yang menyangka bahwa keputusannya itu adalah yang paling tepat dengan situasinya..

Tuesday, December 14, 2010

Rani Rachmawati

Selalu bersyukur bisa dipertemukan dengan teman-teman yang menyenangkan, inspiring, selalu bersemangat dan nggak pernah capek menyemangati. Rani Rachmawati salah satunya. Seorang teman baik saya yang saat ini sedang sibuk mempersiapkan sidangnya. Rani yang ngga pernah lupa bawa oleh-oleh buat saya setiap pulang dari perjalanan dinasnya. Dia yang sampai malam dan pulang kehujanan hanya untuk menemani saya sidang. Rani yang rajin berpuasa.. huuufhh.. untuk yang ini saya iri sama dia. Rani yang pernah nekat kabur dari rumah, *well.. saya salut.. karena paling tidak, dia punya keberanian melakukan apa yang sebenarnya juga saya ingin lakukan.. sstt.. off record yaa*. Rani yang cantik, pekerja keras, dan selalu ceria,, keadaan akan berubah hambar jika dia tidak ada.. seriously.. (semoga dia ngga baca post saya yang ini.. bisa GR nanti)

Ada yang bilang, apa yang datangnya dari hati, pasti akan sampai ke hati juga.. Ahh.. Sekarang ini saya kangen sekali sama Rani Rachmawati. Sukses dengan sidang mu yaa nak..

Tuesday, December 7, 2010

Escape from the Boundary

eat ~ pray ~ love
a very entertaining simply movie about a journey. This movie inspires me to think about escaping the boundary.

Jiwa muda saya mulai bergejolak lagi. Baru saja saya merampungkan pendidikan strata satu dan sekarang mulai berpikir tentang apa yang sebetulnya saya cari dalam hidup ini, apa yang sebenarnya saya mau. Juga terlintas untuk mengikuti jejak yang dilakukan Liz Elizabeth (tokoh yang diperankan Julia Roberts dalam film tersebut) dengan melakukan sebuah perjalanan, sendiri. Sedikit berkompromi dengan diri sendiri untuk sedikit egois..

Hmm.. Wisata Kuliner, Wisata Rohani, Wisata Hati.. Karena keterbatasan waktu dan biaya, mungkin harus dilakukan terpisah.. Tempat-tempat yang sepertinya menarik untuk dikunjungi..

  • Kampung Inggris, Kediri
  • Malioboro, Jogjakarta
  • Bandung, (Berkunjung ke Pesantren Darut Tauhidnya Aa Gym)
  • Haji + Umrah ke Tanah Suci
Harus mulai banyak nabung nih sepertinya.. Amin.. Semangaaattt..

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...