Friday, February 26, 2010

Ahh.. Ternyata Saya Bukan Roti

Kantuk dan sibuk tak henti-hentinya menggoda saya. Berkompetisi merayu saya untuk menyerah berserah pada salah satunya. Kantuk dengan segala kesederhanaannya, melenyapkan lelah dengan cukup memejamkan mata. Sibuk yang anggun, penuh percaya diri, yang selalu yakin bahwa saya tak punya pilihan lain selain memilihnya. Dan menyebalkan mengakui ia memang benar. Tapi tidak kali ini.. Saya berpaling dari keduanya. Saya memilih bersenandung, mencumbu lagu-lagu baru menyulut cemburu, bernyanyi lirih menepis kantuk dan mengempaskan sibuk. Kantuk menatap saya iba, kasihan pada saya yang terlalu keras berusaha mengabaikannya, yang kenyataannya tetap saja tidak bisa. Sibuk merajuk, tetap cuek sekalipun ia sadar benar bahwa sebenarnya saya tidak ingin benar-benar bersamanya. Keadaan yang memaksa saya..

Tapi keasikan saya terusik. Angin seperti berbisik..

"Ya udah.. Bobo yaa sayang.."

Aliran darah saya berdesir hebat seketika. Sesak dan seperti ingin meledak. Jantung saya seperti mau melompat dari tempatnya berdetak. Tapi saya tetap tenang.. Saya hanya merindukannya. Itu saja. Memang selalu seperti ini. Saya selalu merindukannya, dan dalam intensitas yang sama, saya lebih senang menepisnya. Merindukannya membuat saya sedih. Sedih membuat saya ingin menangis. Dan saya tidak punya waktu untuk menangis. Saya enggan menangis. Menangis membuat saya lemah. Rapuh. Saya bukan orang yang rapuh. Seperti kali-kali sebelumnya, susah payah saya berhasil meredamnya.

Saya kembali menekuni sibuk dengan hati penuh dentum berdebum. Tak sabar menyelesaikannya dan lekas berlabuh pada kantuk.. Karena hanya ia yang mampu melenyapkan sedih dan menyekat tangis saya dalam setiap tidur yang ia suguhkan di akhir percumbuan kami..

Saya mengerjap.. Kantuk masih bergelayut.. Saya berbaring di tempat di mana ia tak pernah ada.. Ia tak pernah di sini sebelumnya.. Tapi ia terasa.. Saya merasakannya.. Sangat dekat, hangat, mendekap saya erat.. Bulir hangat mendesak keluar dari tempatnya tersekap sedari malam tadi. Ia berhasil membobol pertahanan saya..

"Ahh.. ternyata saya bukan roti.." saya membatin.

Ternyata saya tidak terbuat dari adonan telur-mentega-dan-tepung terigu. Saya bukan roti yang tidak punya hati. Saya boleh bersedih. Saya boleh menangis. Sedih membuat saya berharap. Menangis membuat saya kuat. kesedihan ini membimbing saya untuk bersimpuh, berdoa, dan dengan segala kerendahan hati meminta pada-Nya. Melaluinya saya mengerti, sedih yang tidak beriring doa hanya sia-sia..


Saya tidak takut lagi pada kesedihan.. Karena jauh di salah satu rumah batin saya, saya ingin tetap merindukannya, sekalipun saya jadi harus bersedih, sekalipun saya jadi harus menangis, bukan masalah lagi sekarang, entah dari perspektif mana saya melihatnya, merindukannya adalah salah satu syarat bagi saya untuk tetap bisa merasa menjadi manusia. Seutuhnya. Bukan roti.

Wednesday, February 3, 2010

..::Bubye Chayaaank::..

see you sweetheart.. i'm gonna miss you.. i couldn't imagine how bad it will be.. but i promise i will get use to it.. i regret i couldn't see you grow up.. don't be naughty.. keep healthy.. be a good boy.. i love you.. have a wonderful new friends.. miss you already.. ..
:kiss and hug:..

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...