Wednesday, July 21, 2010

Cita-Cita yang Sederhana

Ketika cita-cita sesederhana menjadi seorang ibu rumah tangga biasa menjadi begitu langka dan sulit sekali terlaksana.. Ketika begitu sedikit dari mereka yang bercita-cita jadi ibu rumah tangga seutuhnya.. Maka dengan seizin Mu Yaa Rabb.. Perkenankanlah saya menjadi bagian dari yang sedikit itu.. Aamin”

Ketika menulis catatan ini saya adalah seorang remaja yang berada dalam masa peralihannya menjadi seorang wanita dewasa, sedang menuntaskan tugas akhirnya di sebuah perguruan tinggi swasta kelas karyawan dan tinggal selangkah lagi menjadi sarjana, seorang wanita yang berada pada masa gemilangnya dalam meniti karir, bekerja di tempat yang baik dengan penghasilan yang sangat baik, anak perempuan yang membanggakan, kakak yang walaupun tidak terang-terangan dinantikan tetapi selalu dirindukan dan menjadi panutan, sahabat yang hangat, teman yang menyenangkan, rekan kerja yang walaupun sering datang terlambat tetapi selalu dimaafkan karena rajin membawa makanan.. Entah semua itu benar adanya atau tidak. Yang jelas saya selalu percaya pada insting dan bagaimana cara hati membawa saya untuk merasa..

Sepintas, semua yang saya miliki, kehidupan saya yang nyaris begitu sempurna, adalah apa yang sebagian perempuan jaman sekarang impikan. Karir, pendidikan, keluarga, teman. Saya amat sangat bersyukur dengan keadaan saya. Semua yang Allah titipkan pada saya sekarang adalah apa yang dahulu pernah saya cita-citakan. Alhamdulillah.. Allah memberikan kesempatan untuk merasakan dan membimbing bagaimana harus menyikapi begitu banyak cita-cita yang terlaksana menjadi nyata ini dengan baik dan bijaksana.. Saya jadi teringat kutipan dari seorang ustadzah..

“Muslimah yang berjuang dalam kebaikan adalah mereka yang selalu to be continued.. berkelanjutan dan terus menerus..”

.

Kemudian saya dihadapkan pada sebuah pertanyaan sederhana..

“Apa cita-cita saya berikutnya?”

Di sinilah, di usia saya yang masih belum genap dua puluh dua tahun, saya merasa jadi lebih tua karena sepertiga partisi dari otak saya didominasi sesuatu yang sedang saya pertimbangkan untuk menjadi cita-cita saya di masa yang akan datang. Menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Sederhana. Sepertinya mudah, tetapi entah dari sudut pandang mana saya menilainya, sekedar membayangkannya saja sulit sekali rasanya. Padahal pada hakikatnya, rumah tangga adalah ladang pahala yang sangat luas bagi seorang wanita.

Semuanya tidak lagi membanggakan ketika untuk memiliki cita-cita menjadi ibu rumah tangga biasa dan seutuhnya mengabdikan diri kepada keluarga saja, saya butuh waktu yang cukup lama untuk menimbang, malah bimbang, bahkan gamang..

Pelan-pelan mimpi itu bergumul dalam pikiran saya..

Menyediakan bekal untuk suami tercinta, memberikan rumah yang bersih dan nyaman sepulangnya, pakaian yang bersih, wangi, dan tersetrika rapih.. Betapa membahagiakannya bila saya bisa mengerjakannya sendiri, tanpa bergantung pada si 'Mbak'. Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya akan cemburu jika suami lebih menyukai dan menikmati masakan si Mbak.. L

Menjaga calon buah hati kami, membekalinya dengan gizi dan pendidikan yang baik bahkan jauh sebelum kelahirannya, mengenalkannya pada rangkaian hijaiyah, membacakannya cerita, mengobrol dengannya, ikut membangunkannya di waktu subuh..

Saya tidak ingin kehilangan moment-moment penting dalam sembilan bulan itu.. Tidak ingin menyia-nyiakan dan membiarkannya berlalu begitu saja karena kesibukan saya bekerja.. Saya tidak ingin hanya disibukkan mempersiapkan popok, baju, dan alas tidurnya.. Saya ingin sibuk mempersiapkan kesiapannya menjadi seorang manusia..

Dan ketika Allah mengizinkan ia lahir ke dunia,

Betapa tidak inginnya cuti tiga bulan yang diberikan perusahaan kepada saya membatasi kebahagiaan saya, saya tidak ingin rutinitas menyusuinya, memandikan, mengganti popoknya, berlangsung rutin hanya dalam tiga bulan saja. Saya tidak ingin kehilangan 8 jam dalam sehari dengan tidak melihat ia tumbuh besar dan pintar. Saya tidak ingin kehilangan menyaksikan langkah pertamanya..

Namun dengan intensitas yang sama, kekhawatiran yang lain juga hadir menyertainya..

Bagaimana jika kelak saya berjodoh dengan seseorang yang biasa saja? Bukan mereka yang berpenghasilan “wah” tiap bulannya? Biaya perlengkapan anak, susu, dan pendidikan jaman sekarang kan mahal? Lantas bagaimana dengan kehidupan sosial yang saya tinggal di luar sana? Lantas bagaimana jika (Naudzubillahi Min Dzaalika) suami yang saya tercinta berpulang ke rahmatullah di waktu yang tidak saya duga sebelumnya, sedangkan saya harus menggantikannya sebagai kepala keluarga?

No Execuse!! Allah telah menentukan dan mengatur jodoh, rizki, dan maut bagi tiap-tiap kita. Banyak cara untuk mengupayakan rizki yang disebar-Nya di seluruh muka bumi ini. Niat yang baik akan beriring dengan hasil yang baik Insya Allah. Rumah adalah sekolah dan madrasah paling murah bagi anak-anak kita, dan baik tidaknya kualitas pendidikan yang mereka terima itu bergantung pada kita, orang tua mereka. Maka bersemangatlah, Allah menghadirkan masalah berpasangan dengan solusinya. Pasti.

Semoga Allah memberikan kemantapan hati jika cita-cita itu bukan sesuatu yang salah..

Menjadikannya tidak sebatas pada keinginan, tetapi juga kebutuhan

Semoga Allah memperkenankan cita-cita sederhana saya menjadi nyata..

Meridhoinya dan menjadikannya jalan terbaik yang dipilihkan-Nya untuk saya

Memberi kemudahan bagi kami untuk melalui aral-melintangnya..

Percaya bahwa Allah akan menjaga dan memelihara apa yang menjadi kepunyaan-Nya

Percaya bahwa berkarya menjemput rezeki-Nya bisa dimana saja

Percaya bahwa tidak ada sandaran hidup yang lebih baik selain Allah



** I love you my kids.. a long long far away before I met your father.. miss you already..




Sunday, July 18, 2010

Ketika Aku Begitu Menginginkanmu..

Aku merupamu dalam kanvas imajinasiku
Bukan rupawan, tapi tetap menawan
Jenaka, tapi tetap bijaksana dan bersahaja
Kamu dengan segala kerendahan hatimu
Dengan kesederhanaan batinmu
Santun dalam tutur kata
Patuh pada tiap diktum agama
Kamu yang diam-diam selalu aku selipkan dalam tiap-tiap doaku
Allah, jadikan ia nyata.. Jadikan ia ada..

Sungguh tak ada Dzat Yang Maha Kuasa selain Engkau yaa Alloh..

Desir itu hadir..
Degup itu meletup..
Perasaan-perasaan tak terjelaskan
Asa tak bernama namun terasa
Padamu yang telah dijadikan-Nya ada
Padamu yang dijadikan-Nya nyata
Kamu ada dan nyata
Kamu istimewa
Dan aku memujamu di luar mauku

Aku tergoda ingin mencintaimu
Aku tergoda ingin merindumu
Aku tergoda menginginkanmu

Hanya saja..
Hati yang selalu kupercaya pada caranya membawaku untuk merasa,
Sekali lagi membimbingku untuk tidak tergoda pada semua mau itu..
Kini debar itu hambar
Asa itu meniada
Aku bukan kalah atau menyerah
Aku sadar dan belajar berjiwa besar
Aku harus bersabar..


Mungkin..
Aku menginginkanmu yang begitu istimewa dalam rencana dan anganku..
Tapi sepertinya..
Aku lebih membutuhkan ia yang biasa saja..
Ia yang menggenapkanku atas eksistensinya
Ia yang diam-diam menyelipkanku dalam tiap doanya
Ia yang menginginkanku dan menjadikanku kebutuhannya
Ia yang mampu mencerna ketidaksempurnaanku pada sesuatu yang nyaris sempurna
Ia yang membuat kata cinta menjadi terlalu biasa dan sederhana untuk menjabarkan apa yang dirasakannya

Ia yang aku sendiri pun tidak tahu bagaimana menjelaskannya,
tanpa aku tahu siapa dan bagaimana ia,
ia sudah di sana..
tertulis bersama hidup, mati, dan rizkiku..
Jauh ketika aku bersemayam dalam rahim ibuku..
Ia lah jodohku,,


Maka yaa Rabb..
Atas izin dan ridha-Mu..
Persiapkan ia yang terbaik mnurut-Mu buatku
Cukupkan aku atas ia..
Jadikan aku layak untuknya
Jaga mata dan hatiku darinya yang bukan ia..
Bimbing aku menyimpan rindu dan cintaku yang 'itu' hanya untuknya..
Kelak sampai tiba saatnya, Insya Alloh..


Jakarta, 17-07-2010

Sedikit Tentang Manusia dan Hidup

Tidak ada manusia yang sempurna. Tapi perlu diingat bahwa manusia adalah mahluk Alloh yang paling sempurna. No Execuse! Ketidaksempurnaan sebagai manusia bukan alasan untuk tidak menunaikan fitroh kita sebagai mahluk sempurna yang bahagia dan tidak melulu mengeluh. Gunakan hati dan akal yang menyempurnakan kita sebagai makhluk dengan bijak.. Tidak mudah, tetapi bisa. Pelan-pelan saja.. Pembelajaran itu butuh proses.. Proses itu butuh waktu.. Jika ternyata prosesnya lama.. Jangan mudah putus asa.. Jangan gampang menyerah.. bersabarlah dan terus berusaha.. Jika prosesnya sebentar.. maka bersyukurlah. Karena pada dasarnya, dengan mengabaikan satuan waktu, lama-sebentarnya waktu berproses itu berbeda pada tiap manusia.. Nikmati saja setiap detailnya.. ~ orang yang sukses adalah mereka yang menghargai proses dan to be continued.. berkelanjutan dan terus menerus.. ~


Mungkin hidup tidak selamanya memberikan apa yang kita inginkan. Tapi cobalah lihat sekitar. Begitu banyak hal yang kita butuhkan tersedia ada di depan mata, hanya saja kita tidak akan bisa menemukannya jika kita tidak jeli melihatnya. Mungkin kamu merasa jengkel setiap kali adikmu begitu susah diatur. Membuat kamarmu yang begitu susah payah kau rapikan dan bersihkan menjadi sangat berantakan. Kamu menyadari bahwa memarahinya pun tidak akan mengubah apa-apa. Tapi apakah kamu juga sadar bahwa sebenarnya kau membutuhkan adikmu yang begitu nakal itu untuk membuatmu bisa belajar untuk jauh lebih bersabar dan bijaksana. Bahwa yang terberat harus kau lalui bukanlah adikmu, tetapi justru dirimu sendiri. Bagaimana agar emosimu tidak menguras tenagamu sia-sia dengan marah-marah. ~There are so many ways to express your feelings, many smarter and wiser ways to express your emotion and anger. Not only to set you free from your burden, but also to make somebody else be a better human being.~

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...