Wednesday, November 24, 2010

Berbahagialah Untukku..

Laut Itu.. dan Kita..


Seharusnya kemarin itu kita tidak perlu pergi. Seharusnya aku tahu dari awal kalau akan jadi begini. Melihatmu lagi, membuat senandung dalam hati ku yang belum sepenuhnya mati ini kembali mengalun lirih. Melihatmu lagi, membuatku kembali jatuh cinta sekaligus patah hati dalam waktu yang bersamaan. Melihatmu lagi, seperti kembali menyaksikan mimpi paling berarti yang pernah kupunya terhempas dan kandas begitu saja, mimpi yang tak pernah mampu kuupayakan menjadi kenyataan. Menyedihkan. Melihatmu lagi adalah saat paling membahagiakan sekaligus menyedihkan. Kau bersamaku, tapi sungguh tak sekali-kalipun aku mampu menggapaimu, bahkan pada jarak yang amat dekat sekalipun, kau tetap begitu jauh bagiku.


Menggenggammu menyusuri tepian pantai itu. Berdiri dan menatap ke arah laut yang sama. Bersandar di bahumu. Menikmati aroma parfum bercampur tembakaumu. Mendengarmu bercerita dan sesekali menatap lekat matamu. Menyelaminya dan menemukan cinta itu tetap di sana untukku. Sungguh aku begitu ingin mendapatkan perasaan terbaik itu lagi bersamamu.


Tahukah kau, itu menyiksaku, menyesakkan sekali menahan semua ingin itu.. Mengapa jadi susah sekali?? Susah sekali menepis keinginan itu? Mengapa menginginkanmu selalu saja menjadi sesuatu yang salah.. Padahal aku sepertinya tak pernah bisa berhenti menginginkanmu.. Adakah keajaiban kecil yang mampu mengubahmu? Mengubahku? Mengubah keadaan ini? Membuat apa yang ada di antara kau dan aku tak pernah berubah seperti dulu :(


Aaaarrrggghh... Ini salah.. Ini salah.. Ini tidak benar..


"Hey Khansa Helwa.. Kenapa diam saja?"


Ia menggoyangkan pundakku. Aku membuka mataku yang sedari terpejam.


"Hmm..laut yang sama" aku berkata dalam hati tanpa menghiraukannya. Kudapati tangan kanannya masih melingkar di pinggangku, dan tangan lainnya menyilang di atas dadaku.. Dagunya masih bertumpu di pundak kananku. Aku merasakan sorotan matanya tak lepas dari wajahku. Ahh..aku tak berani balik menatapnya. Terlalu banyak cinta untukku di sana, melimpah lebih dari apa yang seharusnya aku layak terima.


"Heeeyyy..." Ia melepaskan dekapannya dan kembali menggoyangkan pundakku lagi.


Aku tertawa kecil, "Khansa Helwa sedang mengumpulkan keberanian untuk mengatakan satu hal penting padamu, Akhsanu Ghozi.."


"Jadi kau tidak mendengarkan aku bercerita panjang kali lebar dari tadi hah?? Hmm keterlaluan.." ia berlagak merajuk manja.


Aku berbalik menghadapnya. Menundukkan kepalaku karena masih tetap tak berani menatapnya. Aku memeluknya dan membenamkan wajahku di dadanya,


"Hey Akhsanu Ghozi.. Terima kasih sudah memilihku.. Sudah mencintaiku sebanyak ini.. Terima kasih sudah hadir di dunia ini untuk melengkapi Khansa Helwa"


"Ehmm..sejak kapan kau jadi romantis?" Ia tersenyum simpul..


"Gandeng tanganku menyusuri pantai ini di sepanjang perjalanan pulang nanti yaa, ceritakan padaku apa yang kau rasakan hari ini, aku senang mendengarkan apa yang kau pikirkan, jangan alihkan pandanganmu dariku, karena mana tahu tiba-tiba aku bisa menghilang dari pandanganmu.. Pastikan yang terakhir itu ya!" Aku mendekapnya erat..


"Kau juga, bilang-bilang kalau mau pergi dariku. Jangan seperti kemarin. Aku bisa mati karena khawatir.."

Ia menyapu kepalaku dengan sun lembut Aku menyesap aromanya kuat-kuat, masih mencari aroma tembakau yang sudah pasti tak akan kutemukan di sana. Tapi tak apa, aku akan mulai terbiasa dan kelak pasti akan sangat menyukainya..



Jakarta 22-Nov-2010


Sunday, November 7, 2010

- - - - -

Bukan keluhan.. hanya berupa paparan.. Pekerjaan baru ini menyenangkan walau cukup menyibukkan. Nokia RIC Engineer.. Cita-cita lain yang kini sudah menjadi nyata. Alhamdulillah.. Teman-teman yang menyenangkan. Kantor tempat bekerja yang masih sama, Menara Mulia Jakarta... hmm..

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...