"Mau kemana kita Pak?" Aku mendongak bertanya pada Bapak.
"Kita cari sarapan. Bubur ayam mau?"
"he'eh.. Mau.." jawabku.
Kami mengobrol sambil jalan. Saat itu kami masih tinggal di Bukit Duri Tanjakan, Tebet. Dari jalanan itu, kami bisa melihat gedung-gedung tinggi, yang baru kuketahui ketika aku sudah bekerja bahwa itu adalah kawasan perkantoran Kuningan di Jalan HR Rasuna Said.
Bapak menunjuk sebuah gedung paling tinggi yang terlihat ketika itu.
"Kau lihat gedung itu?"
"Yang mana Pak?"
"Yang ada ada jamnya.. Yang runcing dan tampak seperti Jam gadang itu?"
"Yang itu? Iya lihat."
"Kamu perhatikan baik-baik yaa.. Nanti akan Bapak tunjukkan.. Kita akan ke sana."
"Waaahh..tapi jauh sekali sepertinya Pak.." aku yang terbiasa di kampung dan hanya mengunjungi Bapak setiap libur sekolah hanya bisa menganga.
"Nanti siang kita ke sana.." Bapak meyakinkan.
Aku terus memperhatikan gedung itu sampai kami tiba di tempat tukang bubur. Memikirkan bagaimana bisa sampai ke sana..
"ini gedung yang kita lihat tadi pagi." Bapak berujar ketika siangnya kami melalui HR Rasuna Said.
Kalimat itu berputar kembali di kepalaku saat aku melintasi jalanan yang sama pagi ini. Berhenti ke pinggir jalan dan mendongak menatap gedung itu lekat. Tempat ini tampak begitu jauh pagi itu. Tapi sekarang, aku bahkan sudah lupa entah berapa ratus kali aku melintasinya, setiap hari.
Bapak, beliau masih saja memberiku keyakinan bahkan ketika beliau sudah tak ada. Untuk kali ini, tentang bagaimana seharusnya aku menyikapi mimpi. Betapa sebelumnya aku ragu untuk maju mengejar keinginanku.
No Execuse!! Tak ada cita-cita yang terlalu besar untuk kau kejar. Tak ada jarak yang terlalu jauh untuk kau tempuh..
Aku kembali menarik tuas gas sepeda motorku. Mengisi penuh rongga paru-paruku dengan aroma pagi yang masih wangi.. Menikmati angin yang menampar-nampar.. Insya Allah aku siap melangkah.. Bismillah.. ^_^
:: 10 Muharram 1432H ::
No comments:
Post a Comment