Tuesday, June 29, 2010

catatan sebelum tidur..

Saya sedang memikirkan banyak hal.
Pertama, skripsi saya yang tak kunjung selesai.
Kedua, kamu.
Cuma dua hal tetapi sepertinya otak saya nyaris penuh.
Bahkan kamu mengambil alih bagian pertama yang jelas-jelas bukan tempatmu.
Heyy kamu.. antri!!
tunggu saatnya nanti giliranmu.
Biarkan saya fokus pada yang nomer satu itu dulu.
Ok?!!
Sekarang kembalilah ke kotakmu
Tunggu di sana sampai tiba saatnya
Saya akan menjemputmu.
Tidak lama lagi..
Tidak akan sampai kotakmu itu berdebu
Kelak..kita akan sama-sama memetakanmu
Melengkapkan bagian dari peta hidup saya yang belum sempat terlaksana
Dan bersama, kita akan mengembara menjadikanmu nyata

Ahh..saya mau tidur dulu.
Seharian ini saya sudah terlalu lelah terus memikirkanmu.
Jangan datang ke mimpiku ya..
Pliiss.. hari ini kamu sudah cukup mengganggu.

Sunday, June 27, 2010

My Name is Aizzah Nur

My Name is Aizzah.. Aizzah Nur..

Aizzah Nur. My Father got the name from Al Qur'an. Actually it's written in Arabic Fonts اعزّة نور and he adapted it into Bahasa Indonesia as Aizzah Nur. Nur is a part of my father's name, Nuridin.

I've searched through Google what that name's meaning exactly is. Then I'm surprised when finally I found..

The Noblest of Nur

at several meaning, Nur itself means Light. But in this case, it has two meanings. Nur as Light and Nur as my father.. :-)

These things below make me more surprised and speechless.. Through Oxford Dictionary Online I found..

adjective (nobler, noblest) 1 belonging to the aristocracy. 2 having fine personal qualities or high moral principles. 3 imposing; magnificent.


Subhanallah..
What a so wonderful do'a..
I'm so proud to be born and named as Aizzah Nur..
Thank you Bapak (the way I used to call my father) for such a meaningful and (of course) beautiful name..
I wish I could represent what you did really expect from that name.. from me..


Moreover.. I miss the way you call my name completely.. Aizzah Nur.. The Noblest of Light.. The Noblest of Nur.. The Noblest of you.. Insya Allah.. :-)

*I love you.. I miss you.. Want to hug and kiss you.. Promise I'll be kind..Rest in peace my beloved Bapak..Let Allah takes care you while I can't..Aamin

Saturday, June 26, 2010

Lagu India dan Pak Damir

Suatu ketika, di sela-sela jam kerja.. Tanpa sadar saya menyanyikan dua bait lirik lagu India yang kebetulan saat itu melintas di kepala saya.. Saya hafal liriknya yang tentu saja dinyanyikan dalam bahasa Hindi, teman saya yang seorang india pun mengakui bahwa saya piawai membawakan lagu asal negaranya itu. Bisa jadi kalau orang tidak melihat siapa yang menyanyi, pasti mereka akan berfikir kalau orang India aslilah yang sedang menyanyikan lagu itu..

"Aizzah.. Kamu berbakat lho.. Kok bisa sih hafal lirik lagu india begitu.." Pak Damir salah seorang rekan kerja yang ketika itu duduk di samping saya berkomentar.
"Ahh.. biasa aja kok Pak.." Saya tersipu malu
"Pintar menghafal kamu itu lho.. Lebih bagus lagi kalo dipakai buat menghafal Al Qur'an.." Lanjutnya lagi sambil tetap fokus pada laptopny..

Degg!!

Hening

(Lagi-lagi) Virus Merah Jambu Itu..

Sebetulnya ini rahasia
Tapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak menulisnya
Perasaan ini salah, belum tepat pada waktunya
Saya sudah sepakat dengan diri saya bahwa akan jatuh cinta selepas jadi sarjana
Ahh..tapi sepertinya juga masih terlalu pagi untuk menyebutnya cinta
Entahlahhh
Sudah lama saya tidak seperti ini
Menyadari ia berada di sekitar saya membuat jantung saya berdegup lebih kencang dari biasanya
Tangan saya bergetar
Aliran darah saya berdesir
Semua tingkah saya jadi salah
Padahal, melihat saya pun sepertinya ia tidak
Saya sendiri tak pernah cukup berani untuk menatapnya
Saya orang beragama
Maka saya mencoba beristighfar sebagai pertolongan pertamanya
Sungguh..ini benar-benar pertama kalinya saya butuh pertolongan pertama
Cuma pada Alloh saya meminta
Bimbing saya menjaga hati, mata, dan pikiran dari apa yang tidak semestinya
Bantu saya menyimpan cinta dan rindu yang 'itu' dari ia yang bukan menjadi hak saya
Beri saya kesabaran ekstra sampai pada masanya tiba
Saya yakin saya bisa, Sebab saya percaya
Perasaan.. Keinginan.. Bahkan nafsu yang besar sekalipun pasti bisa dikendalikan
Kalau tidak bisa, berarti ada yang salah dengan niatnya
Luruskan niat.. Itu kuncinya

Nasihat dari Seorang Sahabat

Ada sebuah peristiwa sederhana yang selalu saya ingat, sempat membuat saya tertegun, speechless, bahkan saya benar-benar meluangkan waktu untuk memikirkannya..


Ini adalah kisah sebuah sketsa di sebuah bis kota. Perbincangan singkat dengan seorang pengamen jalanan kenalan saya semasa sekolah dulu. Ketika itu saya bersama dua orang teman, sebut saja Maya dan Meita. Karena sudah tidak ada bangku deret tiga yang tersisa, maka kami duduk terpisah. Saya duduk sendirian, dan kursi di sebelah saya memang kosong. Kami duduk di kursi tiga baris paling belakang. Ketika itu dua orang pengamen menaiki bus tersebut. Saya mengenal salah satunya, Endar namanya. Kami memang sempat berkenalan beberapa waktu sebelumnya karena memang dia sering mengamen di bus kota yang melintasi daerah Grogol dan Cengkareng ini. Kemudian dia duduk di bangku kosong persis di sebelah saya. Kami pun terlibat perbincangan basa-basi singkat.

"Hey Aizz.. " Sapanya sebelum menjatuhkan diri di bangku di sebelah saya itu.

"Hey Bang.. " Sambut saya sekenanya.

"Maya sama Meita mana?" Ia menanyakan kedua teman saya tadi yang kebetulan juga dikenalnya.

"Ada di belakang.. Tidur kayaknya.."

"Oh.." Dia melongok ke belakang dan memang mendapati keduanya sedang tidur.

"Iz.. Kok kamu ngga berjilbab kayak si Maya sih?" Deg..saya seperti tersambar petir mendapati pertanyaan iseng yang sangat mengena itu.

"Nantilah mas, saya jilbabin dulu hati dan kelakuan saya.. Khawatir nanti pas sudah berjilbab tapi sholat dan akhlak saya masih minus." saya nyengir ngga enak dan menjawab pertanyaan itu dengan muka yang memanas karena malu.

"Lohh.. Justru dengan berjilbab, kamu bakal lebih berhati-hati dan malu sama jilbab kamu. 'masak aku ngga sholat sih, aku kan berjilbab' atau mungkin 'masak aku masih suka ngomong kasar sih, malu dong sama jilbabnya'" Dia tersenyum lalu beranjak hendak memulai aksi mengamennya.


Saya mematung di tempat saya, masih tertegun dengan apa yang disampaikannya tadi. Sikapnya itu sama sekali tidak seperti menghakimi. Mungkin ia tidak pernah tahu bahwa kalimatnya itu masih melekat hingga kini, sudah hampir tujuh tahun setelah ia menyampaikannya sambil lalu. Sederhana tetapi begitu mengena.

Terima kasih Bang Endar.. Alhamdulillah sekarang Aizz sudah berjilbab.. Terima kasih buat nasihatnya.. Semoga Bang Endar senantiasa dalam perlindungan Allah.. Aamin.


Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...