Tuesday, August 31, 2010

Sebuah Berita dari Sahabatmu di Indonesia

Assalamu'alaikum sahabatku..


Gw mau cerita. Tapi gw mohon jangan merasa bersedih, apalagi kalau harus sampai menangis. *Walaupun mungkin bisa jadi permintaan gw ini bakalan sia-sia*

Astaghfirullah.. Semoga Allah tidak menggolongkan gw ke dalam golongan manusia yang takabur. Sebab yang gw ingat betul adalah, sekalipun Wicel sudah memberikan kepastian 100% tentang keterimanya gw di perusahaan mereka dan keberangkatan gw ke Makasar, gw tetap beristighfar, dan meralat dalam hati kalau kepastian itu nilainya cuma 98%. Ketika seseorang nanya, apa 2% nya? Dengan mantap gw menjawab, itu hak preogratif Allah.

Entah kenekatan macam apa sampai gw berani mengambil peluang itu. Gw sudah berfikir panjang. Gw pun berdo’a dan minta restu dari nyokab gw. Insya Allah gw mantap dengan pilihan gw. Rasa-rasanya ngga ada yang salah dengan cara gw mengambil keputusan itu. Gw juga ngga tau apa yang gw cari dan gw harapkan bisa gw dapat dari sana. Sederhananya, gw Cuma kepingin seperti air yang menjadi jernih karena mengalir.. Begitu kata syair nya Imam Syafi’I bukan?



Well, tadi pagi gw resmi tanda tangan kontrak sama Wicel. Tadi sore pun gw sempet ngadain buka bersama sama temen-temen kantor gw. Tapi kembali, gw tetap meluruskan niat. Gw pengen ngadain buka bersama sebagai rasa syukur karena sampai saat itu, Allah mengabulkan do'a gw, gw menganggap Allah telah memudahkan jalan gw, karena urusan good bye gw sama Pak Suwarto ngga rumit, resign gw dengan nexwave ngga susah, dan seminar gw alhamdulillah lancar.

Tapi siapa yang menyangka Allah punya kejutan yang lain buat gw. Barusan banget, sekitar jam setengah sebelas malem ketika gw lagi packing, gw inget kalau hape gw mati tadi sore. dan baru gw nyalain. 8 sms masuk dan lima dari delapan itu dari HR nya wicel. gw balas salah satunya. si HR ini langsung telpon gw..

Point-nya. Ternyata telkomsel ngga mau pake gw lagi. Pak Edison sama Jaya ngga mau karena masih inget sama disaster itu. Dan gw pun ngga bisa menuntut apa-apa dari wicel. Sebetulnya ketika itu juga gw bisa menetralisir perasaan gw.. Gw membanjiri kepala gw dengan pelbagai hal positif. Karena gimanapun itu udah jadi kesepakatan gw sama Allah. “Pilihkan aku yang terbaik yaa Rabb...”

Bisa jadi Allah jelous dan ngga mau diduain di Ramadhan kali ini. Otak gw bisa menerima ini semua. Yang gw lakukan pertama kali adalah menulis imel ini ke elu dan mencoba mencari peruntungan lagi di Parakontel. Demi Allah, gw berusaha sangat keras untuk bisa meredam dendam di hati gw. Mencoba ngelupain dan menghilangkan penilaian-penilaian subjektif gw tentang disaster itu. For God shake, that wasn’t my fault, at all. Astaghfirullah, sekali lagi, menilai itu bukan kapasitas gw sebagai manusia. Biar Allah aja yang punya hak untuk menilai. Tapi sekalipun otak gw sudah berevolusi pada garis edarnya lagi, tetap, dada gw sesak dan mata gw panas. Akhirnya, (dan lagi-lagi gw harap ini bukan sekedar ke-GR-annya gw), gw merasa Allah sayang banget sama gw.

Gw ngga bodoh dan tolol dengan keputusan gw kan? Ini semua bener-bener kehendak Allah kan? Ini adalah 2% nya Allah yang sudah gw persiapkan yang pada akhirnya ternyata gw ngga bener-bener siap kan? Gw ngga tolol dengan resign dari nexwave kan? Gw ngga sempit dengan keinginan gw berhijrah kan? Gw tidak ingin menyesal dengan apa yang sudah gw lakukan.. Gw jobless.. Dan gw berusaha keras meyakinkan diri gw, ini bukan akhir dari segalanya..


Semua yang gw butuhkan saat ini adalah do'a dari lu.. Lagi-lagi do'a.. Insya Allah gw ikhlas dan kuat, walaupun itu butuh proses. Promise me, don't cry..

wish u well
wassalamualaikum

Wednesday, August 18, 2010

Menghadapi Orang Tua yang Dzalim


Berikut ini adalah cuplikan-cuplikan artikel yang saya peroleh. Semoga bermanfaat..

Pertanyaan:
Saudara RAM dari Mesir bertanya kepada Syaikh. Setelah salam ia mengungkapkan tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan ayahnya yang bertentangan dengan syariat dan adab-adabnya. Apa yang harus ia lakukan terhadap ayahnya dalam kondisi seperti itu?

Jawaban:

Kami doakan semoga Allah memberikan petunjuk kepada ayah anda dan menganungerahinya taubat. Kami sarankan agar anda bersikap lembut terhadapnya dan menasehatinya dengan cara yang sopan serta tidak putus asa akan kemungkinan men-dapat hidayah, Allah سبحانه و تعالى berfirman,

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu-lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu." (Luqman: 14-15).

Allah mewasiatkan agar berterima kasih kepada kedua orang tua di samping bersyukur kepadaNya. Allah juga memerintahkan agar sang anak memperlakukan kedua orang tua dengan cara yang baik walaupun mereka memaksanya berbuat kufur terhadap Allah. Berdasarkan ini anda tahu, bahwa yang disyari'atkan bagi anda adalah tetap memperlakukan ayah anda dengan baik, tetap berbuat baik kepadanya walaupun ia bersikap buruk terhadap anda. Terus berusaha mengajaknya kepada al-haq. Kendati demikian, anda tidak boleh mematuhinya dalam hal kemaksiatan. Kami sarankan juga agar anda memohon pertolongan kepada Allah
سبحانه و تعالى agar memberinya petunjuk, di samping itu perlu juga meminta bantuan kepada orang-orang baik dari kalangan kerabat anda, seperti paman-paman anda dan sebagai-nya, terutama orang-orang yang dihormati dan disegani oleh ayah anda. Mudah-mudahan ia mau menerima nasehat mereka. Semoga Allah memberikan petunjuk untuk bertaubat nasuha kepada kami, anda dan ayah anda. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mahadekat.

Sumber:
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanwwi'ah, juz 5, hal. 354, Syaikh Ibnu Baz. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.

Kategori: Amar Ma'ruf
Sumber: http://fatwa-ulama.com

Artikel yang lainnya menyebutkan...

Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa' ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa' : 23-24]

Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa' ayat 36:

“Artinya : Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa' : 36]

Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:

“Artinya : Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabuut (29): 8] Lihat juga surat Luqman ayat 14-15.

ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN LARANGAN DURHAKA KEPADA KEDUANYA
Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan 'uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin.

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA
[1]. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه berkata.

“Artinya : Aku bertanya kepada Nabi صلی الله عليه وسلم, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi صلی الله عليه وسلم menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

[2]. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah صلی الله عليه وسلم, disebutkan:

“Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash رضى الله عنهما, bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [3]

[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umarرضى الله عنهما mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
Haditsnya sebagai berikut:

“Artinya : ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”[4]

[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi صلی الله عليه وسلم

“Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [5]

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

[5]. Akan Dimasukkan Ke Surga Ooleh Allah ‘Azza wa Jalla
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
[1]. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
[2]. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
[3]. Membentak atau menghardik orang tua.
[4]. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
[5]. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
[6]. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
[7]. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
[8]. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.
[9]. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah
[10]. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
[1]. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi صلی الله عليه وسلم disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita

[2]. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.

[3]. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.

[4]. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.

[5 ]. Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:
“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”

Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

APABILA KEDUA ORANG TUA TELAH MENINGGAL
Maka yang harus kita lakukan adalah:
[1]. Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur) bila kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup.
[2]. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
[3]. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.
[4]. Membayarkan hutang-hutangnya.
[5]. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.
[6]. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Aamiin.

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]
__________
Foote Note
[1]. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu-bapaknya.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278), Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2), Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi). Lihat Shahiih Adabul Mufrad (no. 2).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2272), Fathul Baari (IV/449), Muslim (no. 2743), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar رضى الله عنهما.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no. 2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik رضي الله عنه.
Kategori: Birrul Walidain
Sumber: http://www.almanhaj.or.id
Tanggal: Kamis, 24 Mei 2007 14:17:24 WIB

Tuesday, August 17, 2010

Surat Buat Bapak

5 Ramadhan 1431H

Assalamu'alaikum Bapak..

Entah darimana ananda harus memulainya, yang pasti saat ini ananda sedang rindu sekali pada Bapak. Setahun sudah Bapak pergi meninggalkan kami, dua ramadhan sudah Bapak bersemayam di sana seorang diri. Maafkan ananda Pak.. Hanya rangkaian Al Fatihah beriring do'a selepas sujud akhir ananda yang bisa ananda haturkan untuk Bapak. Berharap itu cukup menemani kesendirian Bapak di sana. Tiada putusnya ananda meminta pada Allah, Dzat Yang Maha Mengabulkan Do'a..

Semoga Allah Yang Maha Pengampun berkenan mengampuni dosa-dosa Bapak,
Menerima semua amal ibadah Bapak,
Berkenan melipatgandakan pahalanya dengan segala ke-Maha Pemurahan-Nya,
Melapangkan dan menerangkan kubur Bapak dengan nur-Nya yang benderang..
Menjauhkan siksa kubur bagi Bapak,
Senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya untuk Bapak..
Aamin..

Sungguh betapa do'a dan air mata tak pernah cukup mengobati rasa rindu dan penyesalan ananda. Maafkan ananda yang belum sempat membahagiakan Bapak, maafkan ananda yang sering membuat Bapak kesal dan menahan marah, maafkan ananda yang belum sempat mewujudkan cita-cita kita menjadi nyata, maafkan ananda yang tak pernah cukup kuat untuk tidak menangis setiap kali ananda mengingat Bapak, ananda jadi lebih cengeng sejak Bapak pergi, ananda terbiasa dengan Bapak yang selalu ada menguatkan ananda..
Tahukah Bapak? Sepi sekali rasanya dunia ini tanpa Bapak. Kosong. Tak ada lagi yang tanpa banyak bicara dengan setia mendengar celotehan ananda, tidak protes dengan nyanyian sumbang ananda, cuma Bapak yang punya cerita yang sama sekali tidak lucu tetapi sukses membuat ananda tertawa, Bapaklah tempat biasanya ananda bertanya, Bapak yang selalu bisa memberi garansi 'semua akan baik-baik saja'..
Bapak.. Ananda kangen sekali. Kangen saat ibu bergantian menyuapi kita semua. Kangen bersandar dan mendengar bunyi perut buncit Bapak. Kangen melihat Bapak berjoged india. Kangen salim sama Bapak. Kangen ngesun pipi Bapak. Kangenn.. Kangenn.. Kangeeennnnn...

Banyak sekali hal yang ingin ananda ceritakan pada Bapak..
Tentang Ibu dan adik-adik..
Tentang betapa tegarnya ibu mengasuh kami sendirian tanpa Bapak..
Tentang beliau yang ananda dapati sedang diam-diam merasa kesepian..
Tentang sulitnya menjadi kakak, mengambil alih sebagian tugas Bapak yang tidak lantas menjadi lebih mudah walau hanya sepersepuluh bagiannya saja,
Tentang perasaan-perasaan terbaik,
Tentang bagaimana harus bisa bahagia untuk melihat mereka yang kita cintai turut berbahagia karena melihat kita bahagia,
Tentang lelahnya berlari mengejar waktu, terperangkap dalam ketidaktahuan ananda tentang berapa lama waktu tersisa yang ananda punya..
Tapi Bapak tak perlu gundah,
Ananda tak akan menyerah sekalipun lelah berkali-kali singgah..

Insya Allah ananda ikhlas dengan ini, dengan semua ketetapan Allah, mengimani bahwa inilah jalan terbaik yang dipilihkan-Nya untuk kita.. Mempercayakan Allah untuk menjaga Bapak selagi ananda tak mampu melakukannya.. Semoga kerinduan ini menjadi pengikat kita selamanya.. Sekaligus menjadi cara Allah membimbing ananda untuk dekat dengan-Nya, untuk selalu berserah dan berpasrah..

Sudah malam Pak.. Ananda tak ingin menangis lagi seperti kemarin ketika memulai menulis surat ini. Ibu tampak bertanya-tanya melihat mata ananda yang bengkak sewaktu sahur tadi pagi. Ananda tak mau membuat beliau khawatir lagi.. Sudah dulu yaa..

Wassalamu'alaikum..



Ananda yang selalu kangen sama Bapak
Aizzah

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...