Saturday, June 26, 2010

Nasihat dari Seorang Sahabat

Ada sebuah peristiwa sederhana yang selalu saya ingat, sempat membuat saya tertegun, speechless, bahkan saya benar-benar meluangkan waktu untuk memikirkannya..


Ini adalah kisah sebuah sketsa di sebuah bis kota. Perbincangan singkat dengan seorang pengamen jalanan kenalan saya semasa sekolah dulu. Ketika itu saya bersama dua orang teman, sebut saja Maya dan Meita. Karena sudah tidak ada bangku deret tiga yang tersisa, maka kami duduk terpisah. Saya duduk sendirian, dan kursi di sebelah saya memang kosong. Kami duduk di kursi tiga baris paling belakang. Ketika itu dua orang pengamen menaiki bus tersebut. Saya mengenal salah satunya, Endar namanya. Kami memang sempat berkenalan beberapa waktu sebelumnya karena memang dia sering mengamen di bus kota yang melintasi daerah Grogol dan Cengkareng ini. Kemudian dia duduk di bangku kosong persis di sebelah saya. Kami pun terlibat perbincangan basa-basi singkat.

"Hey Aizz.. " Sapanya sebelum menjatuhkan diri di bangku di sebelah saya itu.

"Hey Bang.. " Sambut saya sekenanya.

"Maya sama Meita mana?" Ia menanyakan kedua teman saya tadi yang kebetulan juga dikenalnya.

"Ada di belakang.. Tidur kayaknya.."

"Oh.." Dia melongok ke belakang dan memang mendapati keduanya sedang tidur.

"Iz.. Kok kamu ngga berjilbab kayak si Maya sih?" Deg..saya seperti tersambar petir mendapati pertanyaan iseng yang sangat mengena itu.

"Nantilah mas, saya jilbabin dulu hati dan kelakuan saya.. Khawatir nanti pas sudah berjilbab tapi sholat dan akhlak saya masih minus." saya nyengir ngga enak dan menjawab pertanyaan itu dengan muka yang memanas karena malu.

"Lohh.. Justru dengan berjilbab, kamu bakal lebih berhati-hati dan malu sama jilbab kamu. 'masak aku ngga sholat sih, aku kan berjilbab' atau mungkin 'masak aku masih suka ngomong kasar sih, malu dong sama jilbabnya'" Dia tersenyum lalu beranjak hendak memulai aksi mengamennya.


Saya mematung di tempat saya, masih tertegun dengan apa yang disampaikannya tadi. Sikapnya itu sama sekali tidak seperti menghakimi. Mungkin ia tidak pernah tahu bahwa kalimatnya itu masih melekat hingga kini, sudah hampir tujuh tahun setelah ia menyampaikannya sambil lalu. Sederhana tetapi begitu mengena.

Terima kasih Bang Endar.. Alhamdulillah sekarang Aizz sudah berjilbab.. Terima kasih buat nasihatnya.. Semoga Bang Endar senantiasa dalam perlindungan Allah.. Aamin.


No comments:

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...