Tuesday, December 8, 2009

it's always been me. Why?

Nobody flawless. People makes mistakes. People changes.
Berkali-kali saya mencoba menghibur diri. Untuk pertama kalinya saya ingin bilang, 'Saya benci dengan semua ini. Saya muak. Saya lelah. Saya ingin menangis.'

Tuhan,
Saya ingin menjadi manusia yang memiliki sabar, ikhlas, dan rasa syukur yang memiliki limit tak berhingga. Sungguh. Merasa jadi orang yang paling menderita adalah ketidakbolehan yang saya haruskan ada pada diri saya. Saya ingin selalu memiliki perspektif positif dari semua masalah, seberat apa pun masalah itu.

Saya tidak pernah protes dengan semua yang terjadi dalam hidup saya. Tidak ada yang saya sesali. Sebab saya berkeyakinan bahwa semua hal kurang menyenangkan, menyedihkan, adalah bagian dari ujian. Ujian itu datangnya dari Tuhan, Gusti Allah. Dan sebabnya ujian itu adalah karena Gusti Allah sayang sama kita. Semua masalah pasti punya jalan keluarnya.

Ya ya ya. Kesemua filosofi itu memang klise. Tetapi yang saya alami sekarang adalah tentang perasaan, tentang hati, yang sekali lagi tidak mudah disejalankan dengan filosofi logika saya.

Saya melakukan kesalahan (lagi). Tidak tidak. Ini tulisan saya, dan saya berhak untuk memaparkannya dari perspektif subjektif saya. Saya ralat. Saya disalahkan (lagi). Ehm.. Sejujurnya, tidak ada yang blak-blakan menyalahkan saya. Tetapi saya tidak bisa menerima begitu saja simpati mereka yang bersikap tidak menyalahkan, sementara dengan begitu cepatnya saya langsung menjadi populer karena kesalahan tersebut.

Saya ingin teriak.
'Itu bukaaan salaaah Guee..!!!'
Tapi saya pesimis ada yang peduli pada teriakan saya. Mau berusaha sekeras apapun membela diri, tidak akan merubah apa-apa. Saya sudah terlanjur 'populer'. Saya hanya lelah menanggung beban rasa bersalah yang bukan seratus persen saya penyebabnya.

Tapi bagaimanapun, saya tetap mencoba berdamai dengan diri saya, dengan keadaan. Saya tidak dengan serta merta menyalahkan orang lain yang walaupun sebenarnya lebih pantas dipersalahkan. Saya tidak dendam. Karena saya tahu pasti betapa tidak enaknya menjadi orang yang disalahkan, orang yang dianggap biang sial.

Tapi yang saya heran, mengapa ketika saya sudah mulai berdamai dengan semua ketidaknyamanan itu, malah muncul hal-hal di luar dugaan yang kembali memporak porandakan pertahanan saya. Orang yang begitu senang menyudutkan datang. Dengan tanpa perasaannya kembali menyulut api yang sudah nyaris padam. Membuat saya semakin terpojok, merasa jadi orang paling tolol, dan untuk pertama kalinya saya membatin 'I hate my job'.

Saya sudah kebal dengan caci-makiannya, dengan black-sms nya yang sangat tidak well-educated.

Benar jika orang bilang, everything happens for many reasons, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa. Saya percaya. Saya belajar banyak.

Bahwa - Just because doing horrible things, it doesn't always mean they're horrible person. *quoted from GA*

Bahwa gelar pendidikan bukan jaminan seseorang bisa bertutur kata dan berpolah layaknya orang yang mengenyam bangku sekolah.

Bahwa memiliki kedudukan, uang, bahkan ilmu sekalipun merupakan ujian. Bagaimana kita tetap bisa rendah hati dengan kedudukan, uang, dan ilmu yang kita miliki adalah bukan perkara mudah.

Bahwa sudah sesusah-payah apa pun saya melakukan yang terbaik yang saya bisa, tetap saja tidak lantas menjadikan saya manusia yang luput dari kesalahan. Saya tetap bukan apa-apa, bukan siapa-siapa.

Dedicated for dia-yang-males-gw-sebut-na
manya:

Terima kasih sudah mengajarkan bagaimana rasanya tidak menyukai seseorang.

Terima kasih karena sudah sukses menggagalkan saya menjadi orang yang selalu beranggapan positif pada orang lain. Semoga kegagalan ini bisa segera diperbaiki. Saya tidak boleh kalah untuk yang satu ini.

Yang selalu saya coba yakini saat ini adalah apa pun yang anda lakukan semoga berlandaskan pada niat baik, bukan menyudutkan seperti yang saya pikirkan. Semoga saya salah. Hanya saja saya ingin anda tahu bahwa cara anda menyampaikan itu kurang enak cenderung bikin sakit hati malah. Maaf cuma kritik.

Sekali lagi, saya bukan siapa-siapa yang boleh mendendam dan tidak memaafkan. Saya hanya sedikit sakit hati, tapi tidak akan lama. Tenang saja.

Terima kasih sudah menjadi seseorang yang mengambil peran penting dalam proses pendewasaan saya, dalam proses saya untuk menjadi manusia yang lebih baik setiap waktunya.
Maaf kalau kurang berkenan. Semoga anda tetap dalam perlindungan Allah.

No comments:

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...