Thursday, October 15, 2009

Kita Manusia

Sini..kemari..dekat padaku..berbagilah denganku jika kau mau..

"Aku tak mau berkata, karena ku tau, kata ku tak akan pernah cukup buatmu.." Bukan itu yang akan aku katakan. Sekarang diamlah. Biar aku yang bicara. Terserah kau mau dengar atau tidak..

Sekali saja, lihat aku sebagai manusia. Bukan sebagai teman, sahabat, maupun saudara perempuanmu. Lihat aku sebagai manusia. Aku punya hati, punya rasa, punya cinta. Ketiganya itu bukan bulan, bintang, maupun bumi yang patuh pada lintasan orbitnya, yang lantas menjadi absurd, jadi petanda bahwa kiamat sudah dekat atau macam-macam jika sedikit saja melenceng dari garis edarnya. Sederhanyanya, hatiku bisa saja bergeser, rasaku melenceng, atau mungkin cinta ku berlabuh di tempat yang salah. Karena aku manusia. Aku tidak menuntut untuk dimaklumi jika suatu hari aku menggoda pengantin priamu. Atau mungkin diam-diam aku punya anak dengan suamimu. Aku tidak akan mengemis untuk kau maafkan. Tidak akan. Semua naluri manusiaku akan tetap membenarkan lakuku.

Tapi sungguh, aku tidak tahu bagaimana Tuhan mencipta kita dengan begitu apiknya. Jantung yang hanya memiliki empat bilik dengan total volume tidak lebih besar dari genggaman tangan kita mampu menampung jutaaan rasa hingga limit tak terhingga. Sisi batinku yang lain, sisi batinku sebagai teman, sahabat, sekaligus saudara perempuanmu menjeriit. Aku pastikan itu. Rasa bersalah, berlumuran dosa, sekaligus menjadikanku miliarder di akhir hari kalau saja setiap permintaan maaf ku di hargai satu rupiah. Aku tahu sakit dan kecewamu akan sangat. Menangis dan berteriaklah sesukamu, aku percaya kamu akan kelelahan sendiri, lalu tertidur. Tak perlu menderma lara terlalu lama. Cukupkan tangis dan sesakmu bersama lelapmu semalam.

Jika kamu bicara tentang dosa, tentang moralitas, dan kamu peduli padaku, maka ingatkan aku. Jika aku tetap membangkang, paling tidak kamu sudah melakukan apa yang harus kamu lakukan. Bukan kamu yang berhak menghakimi aku . Biar Tuhan yang melakukan.

Masalah ini ada di antara kita. Antara kamu dan salah satu teman terbaikmu, aku. Jangan libatkan teman-temanmu yang lain, jangan jadi pilah-pilih teman karena kamu terlalu naïf menyamakan mereka denganku, atau lebih nekatnya, kamu berhenti berteman. Itu tragedy, mengenaskan. Yakinkan bahwa kamu mampu, kamu masih punya kesempatan untuk mengambil nila dari sebelanga susu agar ia tidak rusak semuanya. Kamu bisa, pasti. Aku menyayangimu, sangat. Aku tidak tahu apa penyesalan itu berlaku. Dan aku masih belum mengerti mengapa aku mau diselingkuhi, padahal aku tahu pasti, diselingkuhi suamimu bahkan sampai punya anak di belakangmu itu sama saja penjara seumur hidup, siksa pedih hingga akhir hayatku, bahkan manusia tidak waras sekalipun akan lebih memilih gantung diri daripada harus berada di posisiku.

Itulah yang ingin aku sampaikan kawan, betapa pentingnya keselarasan ‘vertikal’ dan ‘horizontal’ dimana ‘vertikal’ harus dijadikan landasan dalam setiap ‘horizontal’. Everything’s gonna be alright. Time will heal you, and trust me, being sad is a wonderful feeling.. ^_^

No comments:

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...