Tuesday, September 28, 2010

Pertolongan Allah itu dekat

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Dan sadarkah kita bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat? Beberapa hari yang lalu, tepat pada hari Skripsi tugas akhir saya akan disidangkan, ada sebuah peristiwa yang sangat ‘indah’ dan memiliki hikmah tersendiri bagi saya.

Sidang dijadwalkan mulai pukul 15.30. Langit Jakarta bagian selatan ketika itu mendung. Menjelang tepat pukul tiga sore, adzan ashar berkumandang. Saya segera beranjak menuju mushola kampus untuk menunaikan shalat.

“Biar presentasinya lebih tenang..” Pikir saya

Ternyata keran air di mushola kampus mati. Tidak mengeluarkan air sama sekali. Padahal waktunya sudah sangat mepet. Setengah jam itu kan sangat sebentar. Tapi saya mantap. Saya harus shalat dulu. Maka saya mempercepat langkah menuju mushola di kampung belakang kampus saya. Ahh.. syukurlah.. Masih pukul 15.05.. Saya tidak perlu merasa terburu-buru, karena normalnya untuk mencapai kampus (red. Ruang sidang) tidak dibutuhkan waktu sampai lima menit.

Belum sampai saya menggenapkan rakaat ketiga shalat saya, tiba-tiba air seperti tumpah dari langit. Brezzz…. Hati saya pun dengan tanpa menunggu komando ikut gerimis. Terbayang sekilas saya akan sidang dengan pakaian basah kuyup, atau bisa jadi, komputer di ransel saya basah dan jadi rusak.. Gusti Allah.. Tolong.. saya bergumam dalam hati..

Maka saya pun memperpanjang sujud di akhir shalat saya..

“Allah..berikan pertolongan-Mu..” Pinta saya.. berharap akan ada keajaiban, berharap tiba-tiba langit terang dan hujan reda.. T_T

Saya melipat mukena dengan hati gundah, menatap ke luar dengan hampa mendapati hujan yang justru semakin besar, jam dinding mushola menunjukkan pukul 15:20.. Huufh.. Mau nangis rasanya. Lemes..

Saya segera keluar dari mushola, mengingat hajat saya agar tidak basah kuyup sampai waktu sidang, saya reflek merogoh kantong melihat kotak amal di pintu mushola itu. Menyisipkan selembar uang kertas yang saya lipat kecil. (Astaghfirullah, semoga hati saya bersih dari riya dan Allah tidak menggugurkan amalan saya tersebut).

Saya melangkah dan berdiri di teras mushola.. “Allahu Akbar..” Saya membatin, darah saya berdesir, terkejut. Seorang anak perempuan kecil melintas di depan mushola dengan payungnya. Serta merta saya memanggilnya, dan dia pun menghampiri saya..

“Dik.. kamu mau kemana?”
“Mau pulang kak..”
“Ehmm.. Boleh ngga kakak pinjem payungnya?”
“Boleh kak..”
“Alhamdulillah.. nama kamu siapa? Rumahnya dimana? Biar kakak antar kamu pulang dulu ya”
“yang itu kak..” dia menunjuk sebuah rumah yang jaraknya hanya lima meter dari mushola.

Sungguh benar-benar di luar dugaan. Allah selalu punya jalan keluar yang terkadang sukar dicerna nalar.. Alhamdulillah.. saya tidak perlu basah kuyup dan bisa hadir tepat waktu.. ^_^

Saya jadi semakin yakin bahwa dimensi non-logis itu betul-betul eksis ;-)

No comments:

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...