Monday, March 28, 2011

What Now

"Gimana izz rasanya jadi sarjana?"
"Gimana izz, udah ada kenaikan pendapatan belum dengan ijazah barunya?"
"Kapan nikah niih jadinya?"

Some people asked me those questions. Well, nothing much different. I'm still the same aizzah like who I used to be, work in the same place, same position, and same sallary. I'm my Mother's eldest daughter, my sibling's sister, I'm the most beloved my grandmother's grandchildren. I'm just simply someone else's friend out there. I'm not ready for any new role this time, even I admit it, I'm dying to have my own baby, but the idea of getting married scare me a lot. It's not that I'm the person who don't believe in marrieage. it's because I just haven't met 'him' yet. That's it. as simple as that.

About the feeling, it's kinda wonderful. When finally I finished what I've started. it worthed the efforts.

Somebody told me that life is not merely about sallary or money. I agreed with that person. That's not what I concern all about. I'm still looking for something I possibly really love to do. Once, I was sure to have job/schollarship outside country, going abroad and challenging myself into something new and earning as much as money. But I was wrong. I wanted to work/study abroad just because I saw many people live that way, and they look great, I feel so small compared to them. They're something, and I'm nothing. They're such successful person, and I'm just a picture of failure. I tell you now, that's only pessimist sees things like that.

I have no future I've figured out by now. But I believe, I'm great with my own role in this world. Everybody is. I want to live my life with my own way, stop being under anyone else's shadow. Life is too short to waste our worthy time with regret when we keep chasing things we don't really want to chase.

All I'm doing now are..
Enjoying every single thing I do
Being gratefull for every single thing I have
Discovering new things
Cultivating new hobbies
Making people smile
Feeling happy everytime
Learning, gaining, and earning..
I'll know in the end those are the best I can do now..

Thursday, March 24, 2011

Kisah Paman Google dan Bibi Yahoo


Pada zaman dahulu, di sebuah desa terpencil di suatu negeri yang hijau, hiduplah sepasang suami istri petani sederhana yang hidup di tengah-tengah masyarakat kala itu. Sepasang suami istri itu bernama Google dan Yahoo. Orang-orang desa biasa memanggil mereka dengan sebutan Paman Google dan Bibi Yahoo. Paman Google dan Bibi Yahoo adalah orang yang disegani masyarakat karena kecerdasannya dan pengetahuannya yang amat luas. Tidak hanya itu, Paman Google dan Bibi Yahoo juga ramah, suka membantu, dan punya berbagai solusi untuk setiap masalah warga di desa itu. Mereka berdua tinggal di sebuah gubuk reot di pinggir sawah di bawah pepohonan yang rimbun dengan buah-buahannya yang ranum.



Setiap harinya, selalu saja ada warga yang meminta bantuan mereka. Mereka datang dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa. Bahkan ketika Paman Google sedang meladang, warga menghampirinya di ladang. Demikian pula dengan Bibi Yahoo yang menjual hasil panennya di pasar selalu dikelilingi ibu-ibu dengan pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya tidak ada habisnya.

Suatu ketika, seorang nelayan muda menemui Paman Google, dan berkeluh kesah.

“Paman Google.. bagaimana supaya ikan hasil tangkapan saya bisa lebih banyak dari yang biasa saya peroleh sejauh ini?”

“Hmm..” Paman Google manggut-manggut, “Bagaimana biasanya kau melaut anak muda?”

“Saya pergi berangkat pagi-pagi buta, berharap tidak perlu kembali terlalu gelap dengan hasil tangkapan yang banyak. Tetapi justru ikan yang saya peroleh sedikit, dan saya selalu merasa kelelahan karena terus mendayung.”

“Cobalah kau pergi melaut di malam hari, angin akan bergerak dari darat ke arah laut dan akan membantu perahu layarmu bergerak lebih cepat. Tak hanya itu, pada malam hari biasanya banyak ikan muncul di permukaan, jadi kau akan lebih mudah menjala mereka. Pulanglah menjelang pagi, angin akan berhembus dengan arah sebaliknya. Semoga saja ini bisa membantumu anak muda.” Demikian Paman Google mengurai.

Benar saja, beberapa hari kemudian, si nelayan muda itu kembali menemui Paman Google lagi dengan seikat ikan hasil tangkapannya yang segar dan besar-besar.

“Terima kasih Paman Google, apa yang Paman ajarkan tempo hari sungguh sangat membantu.” Ucap si nelayan muda itu dengan mata berbinar.

Di hari yang lain, seorang gadis menemui Bibi Yahoo di gubuknya membawakan sekantung cabai hasil panen kedua orang tuanya. Paman Google sedang meladang ketika itu. Gadis itu bertanya pada Bibi Yahoo,

“Bibi, aku kasihan sekali pada Bapak dan Ibu..” Si gadis berujar dengan raut wajah yang sedih.

“Ada apa nak?” Bibi Yahoo membelai rambutnya, merasa cemas.

“Bapak dan Ibu baru pertama kali menanam pohon cabai di ladang kami. Menjelang masa panen, ladang kami begitu indah dengan warna cabai yang memerah. Kami gembira sekali melihatnya. Kami sangat bersemangat saat memanennya”

“Lantas masalahnya apa nak?”

“Beberapa hari berselang, pohon-pohon cabai itu mongering Bi.. Entah apa yang salah? Atau apakah memang pohon-pohon itu akan mati setelah panen pertamanya ya?” gadis itu berujar murung.

“Hmm..sepertinya bibi tahu apa masalahnya, coba Bibi lihat cabai dalam kantung yang kau bawa itu.”

Gadis itu pun menyerahkan kantung yang di tangannya itu. Bibi Yahoo mengambil segenggam di tangannya, memperhatikannya sepintas, lantas tersenyum.

“Anggaplah orang tuamu sedang kurang beruntung untuk masa panen kali ini. Kali lain kalian menanam pohon cabai lagi, petiklah cabai beserta tangkainya saat panen. Jangan hanya buahnya saja. Sebab kami juga pernah mengalaminya nak.. Percayalah.. ”

“Baiklah Bi.. Aku pamit dulu ya, hari sudah mulai petang.”

“Iya, sampaikan terima kasih pada ibumu untuk sekantung cabai ini yaa.”

Gadis itu pun berlalu pulang.

Hari berganti, bulan baru, tahun berganti tahun. Paman Google dan Bibi Yahoo pun semakin renta. Sementara semakin banyak saja yang datang kepada mereka setiap harinya. Tidak hanya warga dari desa itu sendiri, bahkan nama Paman Google dan Bibi Yahoo tersohor sampai ke desa-desa tetangga. Tidak sedikit yang rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk menemui mereka. Menanyakan soal cara bercocok tanam, beternak, pengobatan, bagaimana memanfaatkan barang-barang bekas, bagaimana cara memanfaatkan air hujan untuk irigasi, bagaimana cara merakit perahu, dan macam-macam lainnya.

Sampai pada suatu malam, Paman Google dan Bibi Yahoo terlibat perbincangan yang serius. Mereka berbincang di bawah terang langit malam yang bertabur bintang.

“Bu.. Kita sudah semakin tua yaa.. Bagaimana caranya ya supaya kita tetap bisa membantu masyarakat walaupun nantinya kita sudah tiada..?” Paman Google berkata pada Bibi Yahoo.

“Iya Pak, Ibu juga memikirkan hal yang sama.”

Hening. Mereka berdua terdiam dan berpikir keras.

Keesokan paginya, Paman Google dan Bibi Yahoo memanggil Pemuda paling pandai di desa itu. Mereka meminta Pemuda itu untuk membantu mereka dalam mendokumentasikan tiap detail pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Paman Google dan Bibi Yahoo membagikan semua yang mereka ketahui pada pemuda itu, meminta pemuda tersebut mengingat baik-baik apa yang mereka sampaikan padanya, bahkan memintanya menuliskannya pada berlembar-lembar perkarmen. Membukukannya, selama bertahun-tahun hingga terbentuk tidak hanya puluhan buku, bahkan mencapai ratusan buku.

Sampai Paman Google dan Bibi Yahoo meninggal dunia, buku-buku itu tidak pernah berhenti bertambah. Ilmu yang terdapat di dalamnya selalu berkembang dari masa ke masa. Zaman terus berkembang, bahkan hingga sekarang, pengetahuan yang dimiliki Paman Google dan Bibi Yahoo bisa dibaca tidak hanya dalam bentuk buku, tapi dengan begitu banyak macam cara, bisa melalui komputer, bisa juga melalui telepon genggam. Walaupun Paman Google dan Bibi Yahoo sudah tidak ada lagi di dunia ini, mereka tetap meninggalkan banyak manfaat bagi masyarakat di seluruh dunia, mencerdaskan anak-anak yang gemar belajar dan haus akan ilmu pengetahuan. Menjadikan aktifitas belajar menjadi lebih menyenangkan dan mudah.





dongeng ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Cerita Anak (Dongeng) Sarikata.com 2011




Tuesday, March 1, 2011

Jongkok

Ditanya sama tetangga sebelah yang ngajakin tukeran blog, jadi inget kalo udah lumayan lama ngga posting.. Well, yang belum sempet gw tulis adalah tentang "jongkok"..

Ritual gw setiap pagi & lo semua (mungkin). Thinking and realising your things.. :-P
Kenapa gw sebutin thinking, karena berdasarkan beberapa studi dan sumber yang gw lupa darimana asalnya, tapi gw menyepakatinya, saat jongkok itulah biasanya otak kita lebih mudah mencerna dan menerima ide-ide luar biasa yang ngga terduga.. haha..

Kenyataannya juga dari delapan buku yang sudah gw beli, dimana lima buku pertamanya adalah buku religi yang gw pikir ngga layak masuk toilet, tiga buku terakhir justru kelar duluan karena dari mulai beli selalu ready di toilet.. Gw bisa kontresi penuh membaca ketika berlama-lama jongkok.. Sampe adek gw gobrak-gobrak pintu dari luar WC baru gw sadar kalau hari udah menjelang siang dan gw sudah kelamaan di toilet.. Well, kebiasaan yang aneh dan banyak yang nggak menyarankan karena berpotensi menyebabkan wasir.. Tapi mau gimana? sepertinya ada yang kurang kalo jongkok tapi nggak sambil baca.. Jangan ditiru yaa..

Dilema fulltime house wife.. fulltime mother..

 Bismillah,   menjadi full ibu rumah tangga sebenernya sudah jadi cita-cita jadi jaman baheula selagi masih gadis.. Bahkan mimpi itu pernah ...